Jumat, 30 September 2011

kejang demam

A. Pendahuluan
1. Defenisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kranium(1). Kejang demam merupakan kelainan neorologis paling sering ditemui pada anak dengan usia 3 bulan sampai 5 tahun. 2 – 5 % anak usia di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. Puncak umur mulainya adalah sekitar 14 – 18 bulan, dengan insiden mendekati 3 – 4 % anak kecil.

2. Klasifikasi
Kejang demam dibagi atas kejang demam simpleks dan kejang demam kompleks. Kejang demam simplek adalah kejang demam yang bersifat umum, lamanya kurang dari 15 menit dan hanya terjadi satu kali dalam 24 jam. Sedangkan kejang demam kompleks adalah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit, fokal atau multiple (lebih dari satu kali kejang per episode demam)(1).

B. Etiologi
Pada dasarnya penyebab kejang demam kompleks tidak berbeda dengan kejang demam simplek. Penyebab yang lazim adalah infeksi saluran pernafasan atas akut, tetapi dapat juga timbul pada penyakit apa saja yang disertai suhu tubuh di atas 38 o C sehingga dapat terjadi pada keadaan infeksi lain seperti : Tonsilitis, Otitis media, Pneumonia, Gastroenterintis dan infeksi saluran kemih(2). Selain itu terdapat faktor risiko riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus dan kadar natrium rendah.
Faktor yang penting pada kejang demam ialah demam, umur, genetik, prenatal atau perinatal. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang paling tinggi, kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi, dapat menimbulkan risiko tinggi untuk berulang kejang(2).

C. Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan menyebabkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasan muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel atau membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmitter sehingga terjadi kejang(3).
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya menimbulkan hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat(3).
Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak(3).

D. Manifestasi klinik
Kejang demam ditandai oleh hilangnya kesadaran sejenak dan kekejangan otot yang tidak dapat dikendalikan, bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri, begitu kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf(1). Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis sementara (hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang lebih lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama(2).


Pemeriksaan Penunjang
Pungsi lumbal, perlu dilakukan pada anak yang baru pertama kali mengalami kejang demam, harus dilakukan pada umur < 6 bulan, dan dianjurkan untuk yang berumur < 18 bulan, untuk menyingkirkan adanya infeksi LCS(2).
Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah(2) :
• Sebelum terjadinya kejang demam pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan.
• Adanya riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.
• Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit atau kejang fokal.


E. Penatalaksanaan
Pada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu (2) :
1. Pengobatan fase akut
Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah dan muntah. Jalan nafas harus bebas agar oksigen terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres hangat dan pemberiaan antipiretik.

Adapun tata laksana kejang adalah :
• Berikan diazepam intravena 0,3 – 0,5 mg / kgBB atau diazepam rektal. Bila kejang tidak berhenti, tunggu 15 menit dan ulangi pemberian diazepam dengan cara dan dosis yang sama.
• Bila kejang berhenti lanjutkan pemberian fenobarbital intra muskular dengan dosis pada neonatus 30 mg, bayi 1 bulan- 1 tahun 50 mg, dan lebih dari 1 tahun 75 mg. Setelah 4 jam kemudian dilanjutkan dengan pengobatan fenobarbital oral dengan dosis 8 – 10 mg/ kgBB dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari.
• Hari selanjutnya berikan dosis 4-5 mg/kgbb. Bila diazepam tidak tersedia dapat langsung mengunakan fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumatan.


2. Mencari dan mengobati penyebab
Mencari sumber infeksi pada organ lain dan melakukan lumbal pungsi untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam partama.

3. Pengobatan profilaksis
Pengobatan profilaksis yaitu intermitten dan terus menerus :
• Profilaks intermitten diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3- 0,5 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam.
• Profilaksis terus menerus diberikan fenobarbital 4-5 mg/KgBB/hari dalam 2 dosis setiap hari selama 1 tahun, berguna untuk mencegah terjadinya kerusakan otak pada pasien dengan :
 Sebelum kejang demam sudah ada kelainan neurologi.
 Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, diikuti kelainan neurologis
 Ada riwayat kejang tanpa demam pada keluarga.
 Kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan.


F. Prognosis
Dengan penanggulangan yang cepat dan tepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian. Angka kematian berkisar 0,46 - 0,74%. Frekuensi berulangnya kejang 25% - 50%, umumnya pada 6 bulan pertama (1).